
Video Azan Ganjar Pranowo, KPI Panggil Stasiun TV

Berita Nasional Hari Ini – Publik geger soal video azan Ganjar Pranowo lantaran ia merupakan Bakal Calon Presiden (Capres) usungan PDIP memicu perbincangan dari berbagai kalangan.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merespons hal ini dengan segera memanggil stasiun TV yang menayangkan video tersebut untuk klarifikasi.
Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran KPI, Aliyah, mengatakan bahwa KPI sedang melakukan kajian terhadap video tersebut.
Termasuk berniat meminta klarifikasi dari lembaga penyiaran yang menayangkannya.
Aliyah juga meminta kepada semua pihak untuk bersabar sambil menunggu hasil proses klarifikasi terkait masalah ini.
“Kami tengah lakukan kajian terhadap hal tersebut dan minta segera klarifikasi Lembaga Penyiaran yang menayangkan,” ujar Aliyah Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran KPI.
Video Azan Ganjar Pranowo dan Polemik Politik Identitas
Ramai dibicarakan Video Azan Ganjar Pranowo yang disiarkan televisi publik sehingga memunculkan pertanyaan apakah ini merupakan bentuk politik identitas.
Ganjar Pranowo merupakan kandidat dari PDI Perjuangan terlihat dalam video tersebut sedang berwudhu dan melakukan salat berjamaah dalam sebuah masjid.
Banyak warganet yang membagikan potongan video azan tersebut ke media sosial menyatakan bahwa Ganjar Pranowo sedang melakukan politik identitas.
Mereka merasa bahwa kehadiran seorang calon presiden dalam video azan adalah hal yang tidak lazim terutama menjelang tahun pemilu.
Baca Juga: Polisi Tewas Amankan KTT ASEAN, Kenaikan Pangkat Anumerta
Namun, ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa video tersebut hanya merupakan ajakan kepada masyarakat untuk melaksanakan salat.
Pendukung Ganjar Pranowo berpendapat bahwa video ini mencerminkan kehidupan spiritualnya yang konsisten sejak dulu.
Polemik politik identitas adalah hal yang lazim dalam dunia politik terutama sebagai marketing politik atau upaya memenangkan suara pemilih.
Suara pemilih bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor rasional, emosional, dan sosiologis.
Baca Juga: Lapas Khusus Gunung Sindur, Pengamanan Berlapis Brimob
Faktor rasional adalah ketika seseorang memilih berdasarkan pertimbangan yang rasional, seperti program dan visi-misi calon.
Sementara faktor emosional ketika seseorang memilih berdasarkan perasaan suka atau tidak suka terhadap calon.
Sisi faktor sosiologis ketika seseorang memilih berdasarkan faktor agama, suku, atau kelompok sosial tertentu.
Dalam dunia politik, politik identitas seringkali berguna untuk memenangkan dukungan dari kelompok-kelompok tertentu yang memiliki identitas sama. Hal ini bisa berupa identitas agama, suku, atau ras.
Kajian Bawaslu Terhadap Keributan Atas Dugaan Politik Identitas
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga ikut melakukan kajian terkait video azan Ganjar Pranowo.
Mereka akan menyampaikan hasil kajiannya dalam waktu dekat karena Bawaslu memiliki waktu tujuh hari untuk melakukan kajian sejak dugaan pelanggaran ditemukan.
“Dilakukan kajian. Tunggu ya Senin Selasa Rabu. Kami punya waktu 7 hari sejak ditemukan adanya dugaan” ujar Rahmat Bagja Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja
Bawaslu sedang menelusuri apakah ada unsur etik atau norma kampanye yang dilanggar dalam penayangan video tersebut. Mereka akan membuka temuannya kepada publik dalam waktu dekat.
Partai PDI Perjuangan membantah bahwa Ganjar Pranowo melakukan politik identitas melalui video azan tersebut.
PDI Perjuangan berpendapat bahwa video tersebut hanya mencerminkan kehidupan spiritual Ganjar yang sudah konsisten sejak dulu.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menegaskan bahwa video tersebut tidak dibuat-buat dan mencerminkan keseharian Ganjar yang religius.
“Jadi tidak dibuat-buat, istrinya Siti Atiqah juga dari kalangan pesantren. Menampilkan kehidupan spiritualitas yang mencerminkan sebagai manusia bertakwa kepada Tuhan,” ujar Hasto Kristiyanto.
Hasto juga menyatakan bahwa politik identitas tidak mencerdaskan bangsa. Ia menyinggung praktik politik identitas Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
Sekaligus berharap masyarakat tidak mengaitkan tampilan spiritualitas seseorang dengan politik identitas.***