
Penularan Hepatitis Meningkat, Bayi Dapatkan Vertikal dari Ibu

Berita Nasional Viral Terbaru – Data terbaru penularan hepatitis meningkat sepanjang tahun 2022 dengan catatan 35.757 bayi lahir terinfeksi hepatitis B.
Fakta yang mengkhawatirkan adalah hampir semua bayi yang terinfeksi hepatitis B mendapatkannya dari ibu mereka.
Dalam periode yang sama, terdapat 50.744 ibu hamil yang positif terinfeksi hepatitis B.
Dr. Mohammad Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, menjelaskan bahwa penularan hepatitis B, C, dan D secara umum terjadi secara vertikal, yaitu langsung dari ibu ke anak.
Ibu dapat tertular virus hepatitis melalui cairan tubuh seperti air ludah dan cairan sperma.
Selain itu, aktivitas seksual yang tidak aman, penggunaan tindik atau tato, serta penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba juga dapat menjadi sumber penularan.
Penularan Hepatitis Meningkat, Ibu 90% Tularkan Kepada Anak
Data terbaru menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2022 penularan hepatitis meningkat. Terdapat 35.757 bayi yang lahir dengan hepatitis B di Indonesia.
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, penularan hepatitis B, C, dan D secara umum terjadi secara vertikal langsung dari ibu ke anak.
Dr. Mohammad Syahril menjelaskan bahwa penularan hepatitis B dari ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95% dari seluruh sumber penularan lainnya.
Meskipun sebagian besar bayi yang lahir dengan hepatitis B telah menerima imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam setelah kelahiran.
Masih terdapat 135 bayi yang ditemukan positif hepatitis B pada usia 9-12 bulan.
”Penularan hepatitis B dari secara vertikal ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95% dari seluruh sumber penularan lainnya,” ujar Mohammad Syahril.
Baca Juga: Atlet Renang SEA Games 2023, Kecewa Sepakbola Diutamakan
Ketika bayi terinfeksi hepatitis B sejak lahir, mereka memiliki kemungkinan 80% untuk mengalami hepatitis kronis dan risiko mengembangkan sirosis.
Saat ini, belum ada pengobatan efektif untuk hepatitis B, sehingga langkah terpenting yang perlu dilakukan adalah memutuskan alur penularan.
Salah satu cara untuk memutuskan penularan adalah dengan memberikan vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat. Tindakan ini dapat menurunkan prevalensi hepatitis B di masyarakat.
Baca Juga: Gagal Lolos Piala Sudirman 2023, Penyesalan Fajar Alfian dkk
“Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma, serta belum ada pengobatan yang efektif,” lanjutnya.
Hepatitis B bahkan masuk dalam empat penyebab kematian terbanyak di Indonesia, dengan perkiraan 51.100 kematian setiap tahunnya.
Dalam upaya menanggulangi penularan hepatitis B, penting bagi pemerintah dan lembaga kesehatan untuk meningkatkan upaya vaksinasi hepatitis B secara menyeluruh.
Kampanye edukasi tentang pencegahan penularan juga perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih sadar akan risiko hepatitis B.
Upaya Pencegahan Penularan Virus Sejak Dini
Pemerintah Indonesia menegaskan pentingnya upaya untuk memutus rantai penularan virus hepatitis, khususnya hepatitis B, sejak dini.
Dr. Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa prioritas saat ini adalah mencegah penularan hepatitis sejak awal.
Salah satu program yang dicanangkan adalah Triple Eliminasi, bertujuan untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke anak.
Program ini melibatkan deteksi dini hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan sifilis pada minimal 80% ibu hamil.
Selain itu, pemberian imunisasi hepatitis B tiga dosis pada bayi juga termasuk dalam program imunisasi nasional guna mengurangi insiden penyakit ini.
Pemberian imunisasi HB0 kurang dari 24 jam setelah kelahiran bertujuan untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.
Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan reaktif HBsAg, diberikan juga HBIg, dan bagi ibu hamil dengan viral load tinggi, diberikan Tenofovir.
Selain itu, deteksi dini juga penting dilakukan pada kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik, eks penasun, OD HIV, dan pasien hemodialisis.
Populasi kunci seperti WBP (wanita beresiko penularan), PS (pekerja seks), dan LSL (laki-laki seks dengan laki-laki). Serta individu dengan riwayat transfusi, riwayat tato, atau tindik juga perlu dilakukan deteksi dini.
Selain upaya dari pemerintah, peran masyarakat juga sangat penting dalam mencegah penularan virus ini.
Masyarakat diingatkan untuk menghindari penggunaan alat medis yang tidak steril guna memutus penularan.
Dr. Mohammad Syahril mengingatkan bahwa penularan hepatitis dapat terjadi melalui cairan tubuh, termasuk air mani dan air liur.
Misalnya, aktivitas seperti ciuman hingga tercipta luka dapat menyebabkan penularan virus hepatitis.
”Ingat penularan Hepatitis melalui cairan tubuh termasuk dari air mani dan air liur. Contohnya melakukan ciuman sampai terjadi perlukaan dapat menularkan virus Hepatitis. Jangan lupa untuk menggunakan pengaman agar menghindari hal-hal yang dapat berisiko penularan untuk kesehatan dan pertumbuhan anak,” tutup Mohammad Syahril.***