
Pembayaran MRT Jakarta, Usai Dompet Digital Barengan Hengkang

Berita Nasional Hari Ini – Pembayaran MRT Jakarta mengalami perubahan usai sebelumnya banyak menggunakan sejumlah dompet digital populer. Seperti Gopay, OVO, DANA, dan LinkAja.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tuhiyat. Keempat e-wallet ini telah memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan MRT setelah bermitra selama tiga tahun.
Pergantian ini menjadi sorotan dalam dunia transportasi ibu kota. Gopay, OVO, DANA, dan LinkAja, atau yang disingkat sebagai GODL.
Telah menjadi pilihan populer bagi penumpang MRT untuk melakukan pembayaran tiket.
Namun, setelah berakhirnya kontrak, mereka memilih untuk menghentikan layanan pembayaran ini.
“Gopay, OVO, DANA, LinkAja, saya singkat GODL, hengkang dari payment channel di MRT Jakarta. Mereka menghengkangkan diri setelah tiga tahun kontrak dengan kita. Setelah mendapatkan ridership bagi mereka,” ujar Tuhiyat pada Kamis, 14 September 2023.
Perubahan ini mengharuskan penumpang MRT Jakarta untuk mencari alternatif pembayaran yang sesuai dengan preferensi mereka.
Keputusan GODL untuk menghengkangkan diri dari MRT Jakarta telah mengubah siklus pembayaran sistem transportasi tersebut.
Pembayaran MRT Jakarta, Polemik Soal Layanan Gratis Selama Kerjasama
Soal opsi pembayaran MRT Jakarta meskipun kerjasama dengan dompet digital seperti Gopay, OVO, DANA, dan LinkAja telah berakhir. Lantaranmereka menolak memberikan layanan secara gratis.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tuhiyat, menjelaskan bahwa meskipun mereka terbuka untuk kerja sama.
Keempat dompet digital ini tidak ingin menjadi sistem pembayaran tanpa biaya di MRT.
“Kami selalu katakan open. Anytime kita bisa kerja sama terus. Tapi yang terjadi, dia akan masuk ke kita maunya gratis. Tidak ada bisnis yang gratis bagi kami,” ujar Tuhiyat.
Baca Juga: Deloitte PHK Ratusan Pegawai, Nasib Cabang Indonesia Terancam
Tuhiyat menekankan bahwa tidak ada bisnis yang dapat berjalan tanpa biaya, MRT memiliki kebutuhan finansial yang harus dipenuhi.
Pendapatan yang diperoleh dari keempat dompet digital ini hanya sekitar delapan persen dari total pendapatan MRT.
Sementara itu, sebagian besar pembayaran masih berasal dari bank atau Kartu Uang Elektronik (KUE).
“Dari total revenue yang ada, hasil payment channel GODL tadi hanya 8 persen. Sedikit porsi itu. Hengkangnya itu bukan dari kami. Mereka menghengkangkan diri,” tegasnya.
Baca Juga: Dokter Gadungan Susanto, IDI Ungkap Pernah Ikut Caesar
Penghentian kerjasama ini menyebabkan perubahan dalam metode pembayaran tiket.
Sehingga penumpang harus mencari alternatif lain untuk membayar tiket mereka.
“Sebabnya mereka ingin gratis setelah kontrak habis. Kan enggak mungkin posisi itu. Ridership-nya meningkat terus. Bisa-bisa kami salah secara governance kalau seperti itu,” sambungnya.
Meskipun begitu, MRT Jakarta tetap berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada penumpangnya.
Keputusan untuk menghentikan layanan gratis oleh dompet digital ini telah menciptakan tantangan baru dalam upaya menjaga kelancaran dan efisiensi pembayaran.
“Metode pembayaran MRT Jakarta mulai 1 Juli 2023,” tulis @mrtjakarta.
Masyarakat Memiliki Banyak Opsi Digital Pembayaran Lainnya
Meskipun pembayaran MRT Jakarta tidak lagi dapat menggunakan dompet digital seperti OVO, Gopay, Dana, dan LinkAja untuk tiket.
Sejatinya masyarakat masih memiliki banyak opsi pembayaran digital lainnya. PT MRT Jakarta telah menawarkan alternatif pembayaran yang dapat digunakan oleh pengguna.
Ada tiga metode pembayaran yang dapat terpilih oleh penumpang MRT. Pertama, pembayaran dengan menggunakan uang elektronik dari bank seperti Brizzi, Flazz, e-Money, Tap Cash, dan Jakcard.
Kedua, penumpang dapat membayar melalui QR Code di Aplikasi MRT-J dengan menggunakan layanan Astrapay, i.Saku, dan Blu by BCA Digital.
Terakhir, pembayaran dapat dilakukan melalui kartu, termasuk singletrip, multitrip, dan Jaklingko.
Meskipun terjadi perubahan dalam metode pembayaran, PT.MRT tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada penumpangnya.***