
Nyamuk Wolbachia Pembasmi DBD, Spesies Baru Bukan Rekayasa

Berita Viral Terbaru – Nyamuk Wolbachia pembasmi DBD, pada era pemerintahan Jokowi inovasi penanganan kesehatan Indonesia semakin menunjukkan perkembangan positif.
Salah satu terobosan yang sedang viral adalah penggunaan bakteri Wolbachia untuk mengatasi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Meskipun ada beberapa pro dan kontra terkait keamanan dan dampak lingkungan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa program ini bukanlah hasil rekayasa genetika.
Nyamuk Wolbachia Pembasmi DBD, Penelitian Berlangsung 12 Tahun
Terkait klaim nyamuk Wolbachia pembasmi DBD, menurut penelitian World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada.
Wolbachia adalah bakteri alami yang dapat menghuni tubuh serangga termasuk nyamuk.
Penting untuk dicatat bahwa Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan gagal mereplikasi diri tanpa bantuan inangnya.
Bahkan, bakteri ini telah ditemukan secara alami dalam tubuh nyamuk Aedes albopictus.
Dr. Adi Utarini dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa baik Wolbachia maupun nyamuk yang menjadi inangnya bukanlah hasil modifikasi genetika laboratorium.
Analisis risiko oleh 20 ilmuwan independen di Indonesia menyimpulkan bahwa risiko dampak buruk pada manusia atau lingkungan dapat diabaikan.
“Bakteri wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium. Secara materi genetik baik dari nyamuk maupun bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam,” terang Adi Utarini.
Baca Juga: Hukum Jeblok Era Jokowi, Ganjar JK Sepakat Beri Nilai Buruk
Teknologi Wolbachia diterapkan dengan metode penggantian, di mana nyamuk jantan dan betina Wolbachia dilepaskan ke populasi alami.
Tujuannya adalah agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan yang mengandung Wolbachia.
Dengan demikian, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki bakteri ini.
“Selain itu, analisis risiko yang telah dilakukan oleh 20 ilmuwan independen di Indonesia. Menyimpulkan bahwa risiko dampak buruk terhadap manusia atau lingkungan dapat diabaikan,” lanjutnya.
Baca Juga: K-Drama My Demon, Song Kang Terus Genggam Kim Yoo Jung
Wolbachia berperan penting dalam memblokir replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.
Nyamuk yang mengandung Wolbachia tidak dapat lagi menularkan virus dengue ketika menghisap darah orang yang terinfeksi virus tersebut.
Selain itu, karena Wolbachia terdapat dalam telur nyamuk perlindungan terhadap penularan dengue bersifat berkelanjutan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya.
Secara Signifikan Mampu Mengurangi Kasus Demam Berdarah
Soal nyamuk Wolbachia pembasmi DBD, Dr. Uut mengeklaim bahwa pendekatan Wolbachia telah terbukti mengurangi signifikan kejadian demam berdaeag. Bahkan kebutuhan rawat inap bagi penderita penyakit tersebut.
Dengan menurunnya angka DBD hingga 77.1% menurut studi Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED), Wolbachia diakui sebagai langkah positif dalam pengendalian DBD.
Meskipun program ini mendapat pro kontra di beberapa daerah seperti yang terjadi di Yogyakarta.
Sebelumnya, Riris Andono Ahmad peneliti Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada menilai bahwa hal ini adalah langkah lumrah.
Menurutnya, setelah adanya sosialisasi dan dukungan pemerintah daerah, program serupa di Yogyakarta berhasil terlaksana.
“Kementerian Kesehatan selanjutnya merencanakan implementasi secara bertahap,” tutur Riris Andono Ahmad.
Merujuk adanya rekomendasi dari World Health Organization (WHO) Vector Control Advisory Group sejak 2021.
Kementerian Kesehatan sedang menyusun strategi nasional untuk penanggulangan DBD. Dengan melibatkan teknologi Wolbachia sebagai salah satu inovasi dalam pengendalian penyakit tersebut.
Penelitian teknologi Wolbachia di Yogyakarta telah berjalan selama 12 tahun dan telah melewati berbagai tahapan.
Termasuk fase kelayakan dan keamanan, pelepasan skala terbatas, pelepasan skala luas, dan fase implementasi.
Dalam semua tahapan ini, keamanan dan dampak lingkungan telah menjadi fokus utama.
Dengan hasil positif dari studi AWED yang menyatakan penurunan kasus DBD hingga 77.1% dan penurunan rawat inap sebesar 86%.
Kini Wolbachia semakin diakui sebagai solusi yang efektif dan aman dalam pengendalian penyakit DBD.
Berkat dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan, implementasi program Wolbachia diharapkan dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif dalam menanggulangi DBD.***