
Lira Anjlok Erdogan Kembali Memimpin, Kondisi Terkini Turki

Berita Viral Hari Ini -Lira Anjlok pasca Erdogan kembali memimpin seketika Turki dihadapkan sederet permasalahan termasuk tantangan ekonomi global.
Setelah Recep Tayyip Erdogan memenangkan pemilihan umum Turki dan mengamankan kembali kursi presiden Lira menghadapi tekanan signifikan.
Kemenangan Erdogan tidak langsung memulihkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Turki yang mengalami berbagai krisis.
Meskipun berada dalam posisi yang rentan, Erdogan mengungguli rivalnya, Kemal Kilicdaroglu, dengan perolehan suara 52% dalam pemilihan putaran kedua.
Salah satu kebijakan kontroversial Erdogan terkait suku bunga dianggap sebagai faktor utama yang membuat nilai tukar Lira terus tertekan.
Meskipun Erdogan berjanji untuk menurunkan suku bunga dan mengendalikan inflasi hingga satu digit.
Data menunjukkan bahwa inflasi Turki masih tinggi, mencapai 43,68% menurut data Trading Economics.
Merosotnya nilai tukar Lira terhadap dolar AS setelah pengumuman kemenangan Erdogan mencapai rekor terendah sejak tahun 1990-an yakni 19,99.
Hal ini menunjukkan kekhawatiran pasar terhadap prospek ekonomi Turki di bawah pemerintahan Erdogan yang berlanjut untuk lima tahun lagi.
Lira Anjlok Bank Sentra Turki Menjual Cadangan Emas Besar-besaran
Turki mengalami tekanan yang signifikan ketika Lira anjlok bahkan Bank Sentral Turki atau Turkiye Cumhuriyet Merkez Bankası (TCMB) informasikan negara menjual cadangan emas.
Penjualan emas cadangan Turki lakukan secara besar-besaran dalam dua bulan terakhir.
Cadangan emas Turki yang sebelumnya mencapai sekitar 587 ton kini berkurang menjadi 491 ton.
Data dari World Gold Council (WGC) menunjukkan bahwa TCMB menjual 15,3 ton emas pada bulan Maret dan 80,8 ton pada bulan April tahun ini.
Dalam waktu hanya dua bulan, cadangan emas Turki terkikis sebanyak 96,1 ton.
Meskipun penjualan emas ini tidak memiliki kaitan langsung, hal tersebut masih terkait dengan kebijakan presiden Recep Tayyip Erdogan.
Baca Juga: ASTRA Konglomerasi Otomotif Indonesia, Sempat Rasakan Penjara
Penjualan emas besar-besaran oleh bank sentral Turki lebih dipengaruhi oleh dinamika dan perkembangan dalam negeri daripada kebijakan cadangan emas jangka panjang.
Bank Sentral Turki menjual cadangan emasnya ke pasar domestik untuk memenuhi permintaan yang tinggi terhadap emas batangan, koin, dan perhiasan.
“Cadangan emas dijual ke pasar domestik pasar untuk memenuhi besarnya permintaan emas batangan, koin, dan perhiasan. Cadangan emas dijual karena Turki melarang impor emas,” terang Gopaul dalam website resmi WGC.
Baca Juga: Jisoo BLACKPINK Covid-19, Absen Konser di Jepang
Hal ini dilakukan karena Turki melarang impor emas untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Termasuk menstabilkan mata uang Lira yang terpuruk setelah terkena gempa dahsyat.
Pada sisi lain tahun lalu, pembelian emas Turki meningkat tajam sebagai respons terhadap melambungnya inflasi dan terus melemahnya mata uang Lira.
Bank sentral Turki menjadi pembeli emas terbesar pada 2022 dengan jumlah pembelian sebanyak 147,6 ton melebihi bank sentral China, Mesir, dan Qatar.
Namun, pembelian emas yang besar-besaran ini juga berkontribusi pada melebarnya defisit transaksi berjalan pada tahun 2022.
Inflasi Melanda Turki, Investor Pilih Hengkang Tak Percaya Kebijakan Erdogan
Ketika Lira anjlok inflasi melanda Turki, investor menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap kebijakan yang diambil oleh Erdogan termasuk dalam kebijakan moneter.
Hal ini tercermin dalam penurunan minat investor asing terhadap surat utang dan penarikan dana mereka dari pasar saham Turki.
Sejak tahun 2022, kepemilikan obligasi Turki oleh investor asing berkurang menjadi kurang dari 1%, dibandingkan dengan persentase sebesar 23% pada tahun 2012.
Pasar saham Turki juga mengalami penurunan minat dari investor asing dengan penarikan dana mencapai US$ 7,3 miliar dalam satu dekade terakhir.
Salah satu faktor yang membuat investor khawatir adalah kebijakan bank sentral Turki yang memangkas suku bunga meskipun inflasi negara tersebut melonjak tinggi.
Recep Tayyip Erdogan telah meminta penurunan suku bunga dan memecat tiga gubernur bank sentral sejak 2019 karena dianggap tidak cukup akomodatif.
Kebijakan ini menjadi perhatian investor dan memperburuk kepercayaan terhadap mata uang Lira.***