
Iran Kirimkan Rusia Ratusan Rudal, Amerika Serikat Beri Kesaksian

Berita Viral Terbaru – Iran kirimkan Rusia ratusan rudal yang semakin masif sebagai bentuk kerjasama kedua negara.
Gedung Putih mengungkapkan bahwa Rusia meningkatkan kerja sama pertahanannya dengan Ira ketika mereka menerima pengiriman ratusan rudal serang satu arah.
Dikatakan bahwa drone-dron produksi Iran akan pasukan Rusia gunakan dalam serangan terhadap Ukraina.
“Rusia telah menggunakan UAV Iran dalam beberapa pekan terakhir untuk menyerang Kyiv dan meneror penduduk Ukraina. Kemitraan militer Rusia-Iran tampaknya semakin dalam.,” ujar juru bicara Gedung Putih, John Kirby.
Iran Kirimkan Rusia Ratusan Rudal, Amerika Serikat Sempat Jatuhkan Sangsi
Sebelum intensitas Iran kirimkan Rusia ratusan rudal, sejatinya pemerintah Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi.
Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menyatakan bahwa Rusia dan Iran telah menjalin kerja sama pertahanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Termasuk dalam hal rudal, elektronik, dan pertahanan udara.
Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi terhadap eksekutif produsen pertahanan Iran atas pasokan drone ke Rusia sebelumnya.
Meskipun Iran mengakui pengiriman drone tersebut, mereka berdalih bahwa itu terjadi sebelum invasi Rusia pada bulan Februari.
Baca Juga: Messi Batal Lawan Timnas Indonesia, Hanya Main untuk Australia
Kendati demikian, seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa Iran telah mengirim beberapa ratus drone ke Rusia sejak bulan Agustus.
“Ini adalah kemitraan pertahanan skala penuh yang berbahaya bagi Ukraina, tetangga Iran, dan komunitas internasional. Kami terus menggunakan semua alat yang kami miliki untuk mengekspos dan mengganggu aktivitas ini. Termasuk dengan membagikan informasi ini kepada publik dan kami siap untuk melakukan lebih banyak lagi,” terang John Kirby.
Kerja sama antara Iran dan Rusia tidak hanya satu arah, tetapi berjalan dalam dua arah. Iran sedang mencari peralatan militer senilai miliaran dolar dari Rusia seperti helikopter dan radar.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran yang serius bagi Ukraina, tetangga Iran, dan komunitas internasional.
Baca Juga: Jusuf Kalla Sebut Utang Indonesia, Segera Tembus 8000 Triliun
Kirby menekankan bahwa kerja sama pertahanan ini merupakan ancaman berbahaya. Amerika Serikat berusaha untuk mengungkap dan mengganggu aktivitas ini.
Yakni dengan membagikan informasi kepada publik, dan siap untuk mengambil langkah lebih lanjut.
Transfer drone ini melanggar peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga Amerika Serikat akan menuntut pertanggungjawaban dari kedua negara tersebut.
Inggris, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, dan Ukraina menyatakan bahwa pasokan drone buatan Iran ke Rusia melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 2015. Resolusi itu mengatur kesepakatan nuklir Iran.
Amerika Serikat Remehkan Klaim Kecepatan Senjata Lebih dari Petir
Iran baru-baru ini mengumumkan peluncuran rudal balistik hipersonik pertamanya bernama Fattah.
Rudal ini diklaim memiliki jangkauan hingga 1.400 km dan lengkap dengan sistem pandu presisi.
Kepala pasukan kedirgantaraan Iran, Amirali Hajizadeh, menyatakan bahwa rudal ini mampu menembus semua sistem pertahanan dan dapat menargetkan sistem anti-rudal yang canggih.
Pihak Iran bahkan mengklaim bahwa rudal Fattah dapat mengalahkan rudal negara lain. Termasuk Amerika Serikat dan sistem pertahanan Iron Dome milik Israel.
Analis militer Barat meragukan kecanggihan rudal milik Iran dengan mengungkapkan bahwa negara itu sering kali melebih-lebihkan kemampuan rudalnya.
Meskipun rudal hipersonik diketahui memiliki kecepatan lima kali lipat dari kecepatan suara dan lintasan yang rumit. Reuters melaporkan bahwa sulit untuk mencegat rudal tersebut.
Amerika Serikat sebelumnya telah mengkhawatirkan tentang kemajuan rudal balistik Iran.
Pada tahun 2018, pemerintahan Donald Trump membatalkan pakta nuklir dengan Teheran yang ditandatangani pada tahun 2015 oleh enam negara besar.
Tindakan ini menyusul pengenaan sanksi oleh Amerika Serikat yang membuat Iran melanjutkan program.
Khawatir akan potensi pengembangan senjata nuklir oleh Iran, Amerika Serikat, Eropa, dan Israel menentang kembalinya kesepakatan nuklir.
Israel bahkan mengancam untuk menggunakan tindakan militer jika diplomasi tidak berhasil.***