
Hong Kong Terkendala Akses Google, China Ambil Kontrol?!

Berita Viral Hari Ini – Hong Kong terkendala akses Google internet yang mempengaruhi layanan kepada masyarakat.
Perusahaan teknologi Amerika, Alphabet yang menjadi induk dari Google.com dan YouTube.
Kini berhadapan dengan otoritas Hong Kong terkait larangan penyiaran lagu kebangsaan Glory to Hong Kong.
Jika Alphabet terpaksa menghentikan aktivitasnya untuk wilayah ini, maka layanan Google.com dan YouTube tidak akan dapat terakses oleh warga Hong Kong.
Hal ini mencerminkan upaya China dalam mengambil kendali atas Hong Kong. Dampaknya adalah pembatasan akses bagi pengguna Hong Kong terhadap platform-platform ini.
Situasi demikian menjadi tantangan bagi Alphabet dan juga memunculkan pertanyaan tentang kebebasan berpendapat serta pengaruh China di Hong Kong.
Hong Kong Terkendala Akses Google, Alphabet Hadapi Larangan
Hong Kong terkendala akses Google setelah peraturan larangan penyiaran lagu kebangsaan Glory to Hong Kong diajukan oleh pemerintah.
Pengadilan Tinggi Hong Kong akan memeriksa peraturan tersebut, yang melarang siapa pun dengan niat kriminal untuk menyanyikan dan menyiarkan lagu termasuk lirik dan melodinya.
Saat melakukan pencarian menggunakan kata kunci lagu kebangsaan Hong Kong di Google.com, hasil yang muncul adalah lagu Glory to Hongkong. Bukan lagu kebangsaan Cina yang sebenarnya, yaitu March of the Volunteers.
Namun, penting untuk memahami bahwa Cina menganggap Hong Kong sebagai bagian dari wilayahnya setelah disewakan kepada Britania Raya selama 99 tahun.
Baca Juga: Silvio Berlusconi AC Milan Meninggal, Hanya Tinggal Kenangan
Meskipun Hong Kong telah kembali ke pemerintahan Cina pada 1 Juli 1997, wilayah tersebut masih diberikan identitasnya sendiri sebagai Hong Kong selama 50 tahun.
Ini memungkinkan Hong Kong memiliki mata uang, sistem ekonomi, sistem hukum, dan sistem legislatifnya sendiri sebagai wilayah khusus administratif Cina hingga tahun 2047.
Pada satu sisi, penduduk Hong Kong merasakan tekanan yang semakin meningkat dari pemerintah pusat Cina.
Direktur Eurasia Group yang fokus pada isu geopolitik dan teknologi, Xiaomeng Lu, menyatakan bahwa rezim sensor pemerintah pusat Cina dengan cepat mempengaruhi Hong Kong.
Baca Juga: Kanye West Ultah, Nyotaimori Makan Sushi Piring Wanita
Pada tahun 2010, Google.com terpaksa meninggalkan daratan Cina karena tidak dapat memenuhi tuntutan aturan sensor dari pemerintah.
Alphabet induk perusahaan Google, menolak berkomentar tentang hal tersebut. Mereka menegaskan bahwa tidak pernah memanipulasi hasil pencarian secara manual.
Tidak pula menghapus hasil pencarian kecuali untuk alasan yang telah diuraikan dalam kebijakan global perusahaan.
Pada sisi lain pemerintah pusat Cina merasa malu karena lagu Glory to Hong Kong secara tidak sengaja diputar berulang kali pada acara pertandingan internasional. Pasalnya panitia penyelenggara lokal salah mengunduh lagu yang mereka cari melalui mesin pencari.
Alasan China Melarang Sejumlah Aplikasi Bagi Masyarakatnya
China telah melarang sejumlah aplikasi dan platform teknologi asal Amerika Serikat termasuk Google untuk digunakan oleh masyarakatnya.
Bukan hanya masalah penjualan dan domestikasi, tetapi juga karena persyaratan rumit dan berbeda dengan AS.
Pemerintah China memiliki undang-undang dan peraturan ketat terkait konten online yang dianggap ilegal atau tidak pantas.
Cyberspace Administration of China (CAC) telah memperkenalkan peraturan terperinci dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatur layanan online yang semakin populer.
Salah satu peraturan baru CAC pada November 2018 memerintahkan platform media sosial yang menyediakan video pendek, streaming langsung, dan microblogging. Wajib secara rutin mengevaluasi risiko yang terkait dengan mobilisasi massal.
Selain masalah politik, sensor internet China juga menyaring konten yang berhubungan dengan seks, kekerasan, ketelanjangan, dan topik sensitif lainnya.
Situs-situs berita seperti The New York Times, dan platform jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook termasuk yang terkena dampaknya.
China memiliki aplikasi alternatif yang menyediakan pengguna dengan layanan online domestik yang setara dengan hampir setiap platform global terkenal.
Contohnya, Baidu sebagai alternatif untuk Google, Weibo untuk Twitter, dan iQiyi duplikasi Netflix, dan banyak lagi.***