
Google Doodle Sapardi Djoko Damono, Karya Legendanya Abadi

Berita Viral Terbaru – Google Doodle Sapardi Djoko, Senin 20 Maret 2023 terlihat sosok bertopi dengan kacamata khas.
Sapardi Djoko Damono oleh Google Doodle sosoknya diabadikan, ia merupakan penyair legendaris Indonesia dengan banyak karya tak termakan waktu.
Sastrawan itu banyak memberikan pengaruh pada perkembangan karya sastra Indonesia. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah tahun 1940 tercatat aktif menulis hingga kepergiannya.
Hampir setiap tahun Sapardi Djoko Damono merilis karya yang bahkan menjadi bahan ajar perguruan tinggi untuk jurusan Sastra Indonesia.
Jabatan sebagai Direktur Pelaksana Majalah Horison juga pernah menjadi tanggung jawab Sapardi Djoko Damono.
Bukan hanya itu, Sapardi Djoko Damono merupakan pengajar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia dan menjadi guru besar.
Google Doodle Sapardi Djoko Damono, Puisinya Populer Sepanjang Generasi
Keputusan Google Doodle Sapardi Djoko Damono lantaran tanggal 21 Maret merupakan Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day.
Hari Puisi Sedunia menjadi momentum bagi setiap orang bebas membagikan bentuk ekspresi hingga identitas budaya menggunakan rangkaian kata.
Indonesia sendiri memiliki banyak penyair dengan nama besar yang layak diperhitungkan salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono.
Dilansir oleh situs Unesco awal muasal Hari Puisi Sedunia merupakan hasil keputusan konferensi umum Unesco ke-30 di Paris pada 1999.
Baca Juga: Indra Bekti Ambil Job, Kebutuhan Ekonomi dan Keluarga
Unesco berharap dengan adanya Hari Puisi Sedunia maka keberagaman linguistik dapat terekspresikan secara puitis.
Terlebih kala itu ada kekhawatiran potensi bahasa terancam punah, sehingga membutuhkan media untuk memperdengarkannya kembali.
Hari Puisi Sedunia juga menjadi momentum memberi penghormatan terhadap seluruh penyair seluruh duni.
Tahun ini Google Doodle memilih sosok Sapardi Djoko Damono untuk mereka kenang.
Alhasil publik pun mengenang kembali puisi Sapardi Djoko Damono, beberapa diantaranya berjudul Aku Ingin, Yang Fana Adalah Waktu, dan Hujan Bulan Juni.
- Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
- Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi
Memungut detik demi detik
Merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu
Kita abadi
- Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu,
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Milenial Dapat Hidupkan Kembali Antusiasme Berpuisi
Cara untuk milenial menghidupkan kembali dan mempromosikan puisi kembali dapat dengan banyak aktivitas menarik.
Hari Puisi Sedunia merupakan kesempatan untuk siapapun menunjukkan semangat berkarya dan pamerkan puisinya sendiri.
Kaum milenial yang kreatif bisa memadukan antara puisi dengan seni cabang lain layaknya teater, tari, dan musik.
Media sosial bisa menjadi sarana bagi karya sastra seseorang diketahui khalayak luas.
Bahkan tidak sedikit pula yang mengadakan seminar kajian bahasa dan kesusastraan Indonesia.
Baca Juga: Lucas Leiva Eks Liverpool, Pensiun Karena Masalah Jantung
Menghadiri event workshop penulisan puisi berbahasa lokal termasuk cara meningkatkan dan melestarikan kemampuan bersyair untuk masyarakat tanpa batasan apapun.
Sapardi Djoko Damono sendiri salah satu contoh penyair besar yang menekuni karya sastra sebagai tujuan hidupnya,
Ia tutup usia pada 19 Juli 2020 meninggalkan karya sastra mendunia dan tetap abadi.***