
Bahaya Game Roleplay, Ketahui Penjelasan Psikolog

Berita Nasional Viral – Bahaya game roleplay di kalangan remaja membuat sejumlah pihak merasa khawatir.
Game roleplay adalah permainan online untuk seseorang dapat memilih dan memerankan karakter tertentu.
Melalui pesan dalam game, mereka dapat berinteraksi dengan sesama pemain lain di berbagai belahan dunia tanpa saling mengenal.
Dalam permainan ini, mereka memainkan peran karakter mulai dari bangun tidur, beraktivitas, hingga tidur.
Psikiater Vivi Syarif, melalui akun Instagram @dr.vivisyarif, mengungkapkan bahwa masalah muncul ketika pemain bisa merasakan karakter peran tersebut. Kemudian berperilaku hingga berinteraksi dengan orang dewasa.
Hal ini menjadi perhatian serius, terutama ketika anak-anak di bawah umur terlibat dalam permainan ini dan menggunakan bahasa yang kasar dalam perilaku tidak pantas seperti sexting.
“Pada karakter itu seseorang bisa menjiwai perannya dan bisa jadi orang yang main tidak saling tahu dia sedang main sama siapa. Masalahnya, banyak anak- anak di bawah umur yang bisa bermain peran seperti orang dewasa. Bahkan celakanya bisa sampai berbahasa vulgar atau sexting pada lawan mainnya,” terang psikiater dr. Vivi Syarif melalui akun Instagram pribadinya,
Bahaya Game Roleplay, Pemain Sulit Membatasi Interaksi dengan Orang Lain
Bahaya game roleplay yang dilakukan secara online, salah satunya anak-anak memiliki akses untuk berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan tanpa adanya batasan usia atau jenis kelamin.
Lebih lanjut, para pemain tidak diharuskan mengungkapkan identitas pribadi. Hal ini menjadi perhatian serius, karena melibatkan orang-orang tidak dikenal dengan potensi unsur-unsur pedofilia.
Psikiater dr. Vivi Syarif mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati terhadap bahaya tersebut.
Dalam game roleplay online, pemain berakibag mengalami krisis jatidiri. Ketika kecanduan dan terlalu terlibat dalam peran yang dimainkan.
Pasalnya pemain sering kali lebih fokus pada kehidupan karakter dalam dunia maya daripada kehidupan nyata.
Baca Juga: FIFA Resmi Tunjuk Indonesia, Tuan Rumah Piala Dunia U-17
Vivi Syarif menyoroti bahwa pemain seringkali menciptakan fantasi mereka melalui permainan ini.
“Mungkin jaman dulu kita juga bermain roleplay ke rumah dengan teman-teman. Tetapi ini berbahaya karena melibatkan orang lain yang kita tidak tahu identitasnya. Ini bisa jadi ada unsur-unsur pedofilia atau predator anak. Jadi harus hati-hati ya parents,” ujar psikiater dr. Vivi Syarif.
Terkadang, pemain roleplay online memainkannya karena sulit menjalin hubungan sosial di dunia nyata.
Banyak dari mereka mengaku kesulitan memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tua atau teman sebaya.
Oleh karena itu, mereka menciptakan dunia fantasi dalam permainan sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dan kebahagiaan.
“Yang saya lihat banyak yang main RP karena sulit punya relasi di dunia nyata. Banyak yang berkomentar bahwa sebenarnya anak-anak itu hanya butuh rumah. Karena hubungannya dengan orang tua atau teman kurang bagus. Sehingga meng-create suatu fantasi yang di situ bisa saling memberi perhatian dan bahagia,” lanjutnya.
Dalam menghadapi bahaya game roleplay, penting bagi orang tua untuk memberikan pengawasan dan pendampingan tepat kepada anak-anak saat bermain.
Edukasi mengenai penggunaan internet aman, pembatasan waktu bermain, dan pentingnya menjaga privasi dan identitas diri perlu ditekankan.
Pemain Jadikan Permainan Sebagai Zona Pelarian
Selanjutnya bahaya game roleplay yakni menjadi tempat pelarian bagi mereka yang menghadapi kesulitan atau ketidakbahagiaan dalam kehidupan nyata.
Menurut dr. Vivi Syarif, banyak orang yang menghadapi berbagai masalah, kurangnya dukungan dari lingkungan terdekat, atau kesulitan mencapai tujuan hidup. Sehingga mereka menciptakan kehidupan bahagia dalam permainan ini.
“Saya belajar banyak dari pasien saya yang anak-anak, remaja dan dewasa karena ada yang memang main RP dengan alasan-alasan kesepian. Kurang kasih sayang dan fenomena ini nyata jadi orang tua harus lebih aware,” paparnya.
Baca Juga: Momen Genit Pasangan Inggris, Kate-William Tepis Rumor
Vivi Syarif menganjurkan para orang tua agar lebih bijak dalam menegur anak jika belakangan ketahuan memainkan mainan ini.
Jangan ragu untuk meminta bantuan ahli psikolog jika dinilai sudah berat untuk ditangani sendiri.
Dalam menghadapi anak yang terbukti memainkan permainan ini, dr. Vivi Syarif menganjurkan para orang tua untuk bijak dalam memberikan teguran.
Jika diperlukan, jangan ragu untuk mencari bantuan dari ahli, seperti psikolog, jika situasinya terlalu berat untuk ditangani sendiri.
Perlu diingat bahwa game roleplay online, meskipun dapat memberikan kesenangan dan keterlibatan sosial bagi pemainnya, juga memiliki dampak negatif.***